The gay archipelago: sexuality and nation in indonesia
Doel, seorang lelaki gay dari Surabaya, telah terbang ke Makassar pada bulan Juli untuk bertemu dengan sebuah organisasi gay. Suatu siang kami menemani satu kelompok yang terdiri dari sekitar tiga puluh lelaki gay ke latihan bola voli di sebuah lapangan besar dekat masjid Azhar.
Sekitar sepuluh meter dari kami, ada sekelompok lelaki lain yang main bola voli. Soalnya kamu orang Jawa! Jump to ratings and reviews.
The Gay Archipelago: Sexuality and Nation in Indonesia
Want to Read. Rate this book. Tom Boellstorff. Based on a range of field methods, it explores how Indonesian gay and lesbian identities are shaped by nationalism and globalization. Yet the case of gay and lesbian Indonesians also compels us to ask more fundamental questions about how we decide when two things are "the same" or "different.
Tom Boellstorff examines the history of homosexuality in Indonesia, and then turns to how gay and lesbian identities are lived in everyday Indonesian life, from questions of love, desire, and romance to the places where gay men and lesbian women meet. He also explores the roles of mass media, the state, and marriage in gay and lesbian identities.
It is by looking at the nation in cultural terms, not just political terms, that identities like those of gay and lesbian Indonesians become visible and understandable. In doing so, this book addresses questions of sexuality, mass media, nationalism, and modernity with implications throughout Southeast Asia and beyond.
Paperback First published January 1, About the author. Tom Boellstorff 20 books 9 followers. Write a Review. Create a free account to discover what your friends think of this book! Community Reviews. Search review text. Displaying 1 - 8 of 8 reviews. Quite an interesting book with a classical social anthropology cut, which can work both for or against it.
I probably could have gotten something more from it, if I'd ever been to Indonesia. Buku ini merupakan proyek untuk memaknakan seksualitas dengan kebangsaan dan nasionalisme Indonesia. Pada era Balai Pustaka dan Pujangga Baru, nasionalitas Indonesia dimaknakan sebagai persatuan dari berbagai suku yang tinggal di Hindia Belanda.
Ada banyak sekali novel jaman tersebut yang mengisahkan pasangan anak muda berbeda suku yang kawin lari dari adat mereka. Nasionalisme dikaitkan dengan modernitas, dan berbanding terbalik dengan adat 'kolot' yang cuma memikirkan kepentingan suku. Dalam pemaknaan ini, Sukarno adalah emblem dari Indonesia.
Bapaknya orang Jawa, sedangkan Ibunya orang Bali. Pasangan orangtua Sukarno tersebut kawin lari dari Bali sampai dikejar2 oleh keluarga pihak perempuan ke Jawa. Setelah negosiasi panjang, pernikahan orangtua Sukarno pun akhirnya direstui oleh kedua pihak keluarga.
Asal-usul kelahiran Sukarno tersebut menjadi bagian dari mitos personal dia di jaman dulu, dan bersifat reflektif pada jatidiri bangsa Indonesia — Indonesia sebagai sebuah identitas yang transenden terhadap suku dan budaya.